Pancasila Hubungan Pembukaan dengan Pasal-Pasal

<h1 style="text-align: left;"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://asset.kompas.com/crops/QaHEs-ze-W4vh95a6fcAqnGEU4Q=/132x89:1307x873/750x500/data/photo/2022/09/12/631f166c6530d.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="500" data-original-width="750" height="267" src="https://asset.kompas.com/crops/QaHEs-ze-W4vh95a6fcAqnGEU4Q=/132x89:1307x873/750x500/data/photo/2022/09/12/631f166c6530d.jpg" width="400" /></a></div><b><br /></b></h1><h1 style="text-align: left;"><b>PANCASILA HUBUNGAN PEMBUKAAN DENGAN PASAL-PASAL</b></h1><h4 style="text-align: left;">2.4 Hubungan Pokok-pokok Pikiran dalam Pembukaan UUD 1945 dengan Pasal-pasal UUD 1945</h4><h3 style="text-align: left;"> 4. POKOK PIKIRAN HUBUNGANYA : </h3><h4 style="text-align: left;">1. Pokok pikiran pertama : “Melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah dara Indonesia dengan berdasar atas persatuan dengan mewujudkan keadilan seluruh rakyat Indonesia.” </h4><div>Dalam pokok pikiran ini terjabar makna sebagai berikut</div><div><ul style="text-align: left;"><li>Dalam Pembukaan UUD 1945 diterima aliran pengertian negara kesatuan, negara yang melindungi dan meliputi segenap bangsa Indonesia seluruhnya. Jadi, negara mengatasi paham segala golongan dan mengatasi paham perseorangan.</li><li>Negara berdasar atas aliran pikiran negara integralistik (staatsidee) yang menyatu dengan seluruh rakyat dalam segala lapangan.</li></ul></div><div>Pokok pikiran pertama ini diciptakan dalam UUD 1945, Pasa11 ayat (1), Pasa1 35, dan 36.</div><div><br /></div><div><b>Pasal 1 ayat:</b></div><div style="text-align: left;"> (1) Negara Indonesia ialah Negara Kesatuan, yang berbentuk Republik.<br /><b>Pasal 35 </b></div><div style="text-align: left;">Bendera Negara Indonesia ialah sang merah putih.<br /><b>Pasal 36 </b></div><div style="text-align: left;">Bahasa Negara ialah Bahasa Indonesia</div><h4 style="text-align: left;">2. Pokok pikiran kedua: "Negara hendak mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat."</h4><div>Pokok pikiran ini mengandung arti sebagai berikut :</div><div><ul style="text-align: left;"><li>Adanya kesadaran manusia Indonesia mempunyai hak dan kewajiban yang sama untuk menciptakan keadilan sosial dalam kehidupan masyarakat.</li><li>Negara berkewajiban mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.</li></ul></div><div><br /></div><div>Pokok pikiran kedua ini diciptakan dalam UUD 1945 pada pasal pasal: 27, 28, 29, 30, 31, 32, 33, dan 34. Dalam Perubahan Kedua UUD 1945, pasal-pasal tersebut (27, 28, dan 30) telah mengalami perubahan. Pasal 27 dan 28 menjadi Bab XA tentang Hak Asasi Manusia dengan 10 pasal, yaitu Pasa128 A, B, C, D, F, G, H, I, dan j. Pasal 130 mengalami perubahan menjadi pasal 130 ayat (1, 2, 3, 4 dan 5). Pasal 29, 31, 32, 33, dan 34 diperlukan pembahasan yang mendalam, teliti, cermat, dan menyeluruh berdasarkan Tap. MPR No. IX/MPR/2000 tentang Penugasan BP-MPR untuk Mempersiapkan Rancangan Perubahan UUD 1945. Rancangan perubahan tersebut sudah disahkan oleh MPR Sidang Tahunan MPR tahun 2002.</div><div><br /></div><div><b>Pasal 27</b></div><div>(1) Segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya.</div><div>(2) Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.</div><div>(3) Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara.</div><div><br /></div><div><b>Pasal 28</b></div><div>Kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan dan sebagainya ditetapkan dengan undang-undang.</div><div><br /></div><div><b>Pasal 28A</b></div><div>Setiap orang berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup dan kehidupannya.</div><div><br /></div><div><b>Pasal 28 B</b></div><div>(1) Setiap orang berhak membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan melalui perkawinan yang sah.</div><div>(2) Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.</div><div><br /></div><div><b>Pasal 28C</b></div><div>(1) Setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak mendapat pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya, demi meningkatkan kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan umat manusia.</div><div>(2) Setiap orang berhak untuk memajukan dirinya dalam memperjuangkan haknya secara kolektif untuk membangun masyarakat, bangsa dan negaranya.</div><div><br /></div><div><b>Pasal 28D</b></div><div>(1) Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama dihadapan hukum.</div><div>(2) Setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapat imbalan dan perlakuan yang adil dan layak dalam hubungan kerja.</div><div>(3) Setiap warga negara berhak memperoleh kesempatan yang sama dalam pemerintahan.</div><div><br /></div><div><b>Pasal 28E</b></div><div>(1) Setiap orang berhak memeluk agama dan beribadat menurut agamanya, memilih pendidikan dan pengajaran, memilih pekerjaan, memilih kewarganegaraan, memilih tempat tinggal di wilayah negara dan meninggalkannya, serta berhak kembali.</div><div>(2) Setiap orang berhak atas kebebasan meyakini kepercayaan, menyatakan pikiran dan sikap, sesuai dengan hati nuraninya.</div><div>(3) Setiap orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul dan mengeluarkan pendapat.</div><div><br /></div><div><b>Pasal 28F</b></div><div>Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya, serta berhak untuk mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi dengan menggunakan segala jenis saluran yang tersedia.</div><div><br /></div><div><b>Pasal 28G</b></div><div>(1) Setiap orang berhak atas perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan, martabat, dan harta benda yang di bawah kekuasaannya, serta berhak atas rasa aman dan perlindungan dari ancaman ketakutan untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu yang merupakan hak asasi.</div><div>(2) Setiap orang berhak untuk bebas dari penyiksaan atau perlakuan yang merendahkan derajat martabat manusia dan berhak memperoleh suaka politik dari negara lain.</div><div><br /></div><div><b>Pasal 28H</b></div><div>(1) Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan.</div><div>(2) Setiap orang berhak mendapat kemudahan dan perlakuan khusus untuk memperoleh kesempatan dan manfaat yang sama guna mencapai persamaan dan keadilan.</div><div>(3) Setiap orang berhak atas jaminan sosial yang memungkinkan pengembangan dirinya secara utuh sebagai manusia yang bermartabat.</div><div>(4) Setiap orang berhak mempunyai hak milik pribadi dan hak milik tersebut tidak boleh diambil alih secara sewenang-wenang oleh siapapun.</div><div><br /></div><div><b>Pasal 28I</b></div><div>(1) Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak untuk kemerdekaan pikiran dan hati nurani, hak beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk diakui sebagai pribadi dihadapan hukum, dan hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut adalah hak asasi manusia yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan apapun.</div><div>(2) Setiap orang bebas dari perlakuan yang bersifat diskriminatif atas dasar apapun dan berhak mendapatkan perlindungan terhadap perlakuan yang bersifat diskriminatif itu.</div><div>(3) Identitas budaya dan hak masyarakat tradisional dihormati selaras dengan perkembangan zaman dan peradaban.</div><div>(4) Perlindungan, pemajuan, penegakan, dan pemenuhan hak asasi manusia adalah tanggung jawab negara, terutama pemerintah.</div><div>(5) Untuk menegakkan dan melindungi hak asasi manusia sesuai dengan prinsip negara hukum yang demokratis, maka pelaksanaan hak asasi manusia dijamin, diatur, dan dituangkan dalam peraturan perundang-undangan.</div><div><br /></div><div><b>Pasal 28J</b></div><div>(1) Setiap orang wajib menghormati hak asasi manusia orang lain dalam tertib kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.</div><div>(2) Dalam menjalankan hak dan kebebasannya, setiap orang wajib tunduk kepada pembatasan yang ditetapkan dengan undang-undang dengan maksud semata-mata untuk menjamin pengakuan serta penghormatan atas hak dan kebebasan orang lain dan untuk memenuhi tuntutan yang adil sesuai dengan pertimbangan moral, nilai-nilai agama, keamanan, dan ketertiban umum dalam suatu masyarakat demokratis.</div><div><br /></div><div><b>Pasal 29</b></div><div>(1) Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa.</div><div>(2) Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu.</div><div><br /></div><div><b>Pasal 30</b></div><div>(1) Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara.</div><div>(2) Usaha pertahanan dan keamanan negara dilaksanakan melalui sistem pertahanan dan keamanan rakyat semesta oleh Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara Republik Indonesia, sebagai kekuatan utama, dan rakyat, sebagai kekuatan pendukung.</div><div>(3) Tentara Nasional Indonesia terdiri atas Angkatan Darat, Angkatan laut dan Angkatan Udara sebagai alat negara bertugas mempertahankan, melindungi, dan memelihara keutuhan dan kedaulatan negara.</div><div>(4) Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagai alat negara yang menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat bertugas melindungi, mengayomi, melayani masyarakat, serta menegakkan hukum.</div><div>(5) Susunan dan kedudukan Tentara Nasional Indonesia, Kepolisian Negara Republik Indonesia, hubungan dan kewenangan Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara Republik Indonesia di dalam menjalankan tugasnya, syarat-syarat keikutsertaan warga negara dalam usaha pertahanan dan keamanan diatur dengan undang-undang</div><div><br /></div><div><b>Pasal 31</b></div><div>(1) Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan.</div><div>(2) Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya.</div><div>(3) Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta ahlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-undang.</div><div>(4) Negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya dua puluh persen dari anggaran pendapatan dan belanja negara serta dari anggaran pendapatan dan belanja daerah untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendidikan nasional.</div><div>(5) Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan menunjang tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan peradaban serta kesejahteraan umat manusia.</div><div><br /></div><div><b>Pasal 32</b></div><div>(1) Negara memajukan kebudayaan nasional Indonesia di tengah peradaban dunia dengan menjamin kebebasan masyarakat dalam memelihara dan mengembangkan nilai-nilai budayanya.</div><div>(2) Negara menghormati dan memelihara bahasa daerah sebagai kekayaan budaya nasional.</div><div><br /></div><div><b>Pasal 33</b></div><div>(1) Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan.</div><div>(2) Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara.</div><div>(3) Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.</div><div>(4) Perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional.</div><div>(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan pasal ini diatur dalam undang-undang.</div><div><br /></div><div><b>Pasal 34</b></div><div>(1) Fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh negara.</div><div>(2) Negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan.</div><div>(3) Negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak.</div><div>(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan pasal ini diatur dalam undang-undang.</div><div><br /></div><div><br /></div><h4 style="text-align: left;">3. Pokok pikiran ketiga: "Negara yang berkedaulatan rakyat berdasar atas kerakyatan dan  permusyawaratan/perwakilan." </h4><div><br /></div><div>Pokok pikiran ini mengandung arti sebagai berikut.</div><div><ul style="text-align: left;"><li>Sistem negara Indonesia harus berdasarkan kedaulatan rakyat dan permusyawaratan /perwakilan.</li><li>Pokok pikiran kedaulatan rakyat ini berarti kedaulatan adalah di tangan rakyat dan dilakukan sepenuhnya oleh MPR.</li></ul></div><div><br /></div><div>Pokok pikiran ketiga ini diciptakan dalam UUD 1945 pada Pasal 1 ayat (2). 2. 3. dan 37. Kecuali Pasa12 ayat (2) dan (3), semua pasal di atas termasuk dalam Materi Rancangan Perubahan UUD 1945 Hasil BP MPR tahun 1999-2000, yang juga telah dilakukan pembahasan yang mendalam, teliti, cermat, dan menyeluruh untuk siap dibahas dan disahkan dalam Sidang Tahunan MPR tahun 2002.</div><div><br /></div><div><b>Pasal 1 ayat : </b></div><div>(2) Kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar. </div><div><br /></div><div><b>Pasal 2</b></div><div>(1) Majelis Permusyawaratan Rakyat terdiri atas anggota Dewan Perwakilan Rakyat dan anggota Dewan Perwakilan Daerah yang dipilih melalui pemilihan umum dan diatur lebih lanjut dengan undangundang.</div><div>(2) Majelis Permusyawaratan Rakyat bersidang sedikitnya sekali dalam lima tahun di ibukota negara.</div><div>(3) Segala putusan Majelis Permusyawaratan Rakyat ditetapkan dengan suara yang terbanyak.</div><div><br /></div><div><b>Pasal 3</b></div><div>(1) Majelis Permusyawaratan Rakyat berwenang mengubah dan menetapkan UndangUndang Dasar.</div><div>(2) Majelis Permus yawaratan Rakyat melantik Presiden dan/atau Wakil Presiden.</div><div>(3) Majelis Permus yawaratan Rakyat hanya dap at memberhentikan Presiden dan/atau Wakil Presiden dalam masa jabatannya menurut UndangUndang Dasar.</div><div><br /></div><div><b>Pasal 37</b></div><div>(1) Usul perubahan pasal-pasal Undang-Undang Dasar dapat diagendakan dalam sidang Majelis Permusyawaratan Rakyat apabila diajukan oleh sekurang-kurangnya 1/3 dari jumlah anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat.</div><div>(2) Setiap usul perubahan pasal-pasal Undang-Undang Dasar diajukan secara tertulis dan ditunjukkan dengan jelas bagian yang diusulkan untuk diubah beserta alasannya.</div><div>(3) Untuk mengubah pasal-pasal Undang-Undang Dasar, sidang Majelis Permusyawaratan Rakyat dihadiri oleh sekurang-kurangnya 2/3 dari jumlah anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat.</div><div>(4) Putusan untuk mengubah pasal-pasal Undang-Undang Dasar dilakukan dengan persetujuan sekurang-kurangnya lima puluh persen ditambah satu anggota dari seluruh anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat.</div><div>(5) Khusus mengenai bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia tidak dapat dilakukan perubahan.</div><div><br /></div><h4 style="text-align: left;">4. Pokok pikiran keempat: "Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab." </h4><div><br /></div><div>Pokok pikiran ini mengandung arti sebagai berikut.</div><div><ul style="text-align: left;"><li>Pemerintah dan lain-lain penyelenggara negara berkewajiban untuk memelihara budi pekerti kemanusiaan yang luhur dan memegang teguh cita-cita moral rakyat yang luhur.</li></ul></div><div><br /></div><div>Pokok pikiran keempat ini diciptakan dalam UUD 1945 pada Pasal 27 sampai dengan 34. Pasal-pasal ini telah mengalami perubahan.</div><div><br /></div><div><b>Pasal 27</b> <b>ayat :</b></div><div>(1) Segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya.</div><div>(2) Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.</div><div>(3) Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara.</div><div><br /></div><div><b>Pasal 34 ayat : </b></div><div>(1) Fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh negara.</div><div>(2) Negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan.</div><div>(3) Negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak.</div><div>(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan pasal ini diatur dalam undang-undang.</div><div><br /></div><div>Nama : Rina Sapro’ah<div>NPM : 22.22.1.0089</div><div>Kelas : 1A – PGSD</div><div>Matkul : Pendidikan Pancasila</div></div><div><br /></div>

Pendidikan Pancasila Pancasila Hubungan Pembukaan dengan Pasal-Pasal

PANCASILA HUBUNGAN PEMBUKAAN DENGAN PASAL-PASAL 2.4 Hubungan Pokok-pokok Pikiran dalam Pembukaan UUD 1945 dengan Pasal-pasal UUD 1945  4. PO...

Baca selengkapnya »